Seorang mantan karyawan yang bekerja
untuk CIA telah mengungkapkan dirinya sebagai sumber kebocoran informasi
program mata-mata rahasia AS yang memanen dokumen internet dan telepon
warga AS dan warga asing, lansir Al Jazeera pada Senin (10/6/2013).
Edward Snowden yang sekarang menjadi
seorang karyawan pertahanan kontraktor Booz Allen Hamilto mengatakan
bahwa dia membocorkan informasi tentang program Prism untuk melindungi
“kebebasan dasar bagi orang-orang di seluruh dunia.
“Saya tidak ingin hidup di dunia di mana
segala sesuatu yang saya lakukan dan saya katakan direkam. Saya tidak
bersedia untuk mendukung hal itu atau pun hidup di dunia yang seperti
itu.”
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar The Guardian,
pria berusia 29 tahun itu mengatakan bahwa dia tidak berniat
menyembunyikan [pembocoran itu], “karena saya tidak melakukan kesalahan
apa pun”, tetapi menyadari bahwa tindakannya telah membuatnya menjadi
target bagi lembaga AS.
Snowden membocorkan presentasi tentang
sistem pengawasan Prism, yang memungkinkan Badan Keamanan Nasional AS
(NSA) dan FBI bisa mengakses langsung ke server perusahaan internet AS
seperti Google, Apple, Microsoft, Facebook dan AOL.
Ini mencakup email, chatting video, pesan
singkat dan terlebih juga untuk melacak “tersangka” asing. NSA juga
mengumpulkan rekaman telepon dari jutaan warga AS, tetapi bukan
percakapan yang aktual.
“Hati nurani saya tidak bisa diam saja
mengetahui pemerintah AS menghancurkan privasi, kebebasan internet dan
kebebasan mendasar.”
Snowden mengatakan kepada surat kabar The Guardian bahwa
dulu dia bekerja di keamanan TI untuk CIA dan pada tahun 2007 dia
ditempatkan dengan diplomatik tertutup di Jenewa, Swiss, di mana dia
memiliki akses ke berbagai dokumen rahasia.
“Banyak dari apa yang saya lihat di
Jenewa benar-benar mengecewakan saya tentang bagaimana fungsi pemerintah
saya dan apa dampaknya di dunia,” katanya. “Saya menyadari bahwa saya
adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih mendekati kejahatan daripada
kebaikan.”
Dia berhenti pada tahun 2009 dan kemudian
mulai bekerja untuk Booz Allen Hamilton, kontraktor untuk NSA, di
Hawaii. Di sanalah, tiga minggu yang lalu, dia memutuskan untuk
membocorkan informasi tentang Prism.
“Saya berharap ini akan menyadarkan
penduduk di seluruh dunia mengenai dunia seperti apa yang sebenarnya
kita inginkan untuk hidup,” katanya kepada Guardian.
“Saya dengan hati nurani saya tidak bisa
membiarkan pemerintah AS menghancurkan privasi, kebebasan internet dan
kebebasan mendasar orang-orang di seluruh dunia dengan mesin pengawas
raksasa yang diam-diam mereka bangun.”
Booz Allen mengkonfirmasi pada Ahad bahwa
Snowden adalah seorang karyawan perusahaan mereka. Perusahaan itu
menambahkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan segala bentuk
penyelidikan.
Snowden berbicara di Hong Kong, di mana dia yakin akan ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah AS untuk mengekstradisinya.
Setiap permintaan ekstradisi bisa
dihambat jika Snowden dapat menunjukkan kepada otoritas China bahwa dia
bisa menghadapi kekerasan, penyiksaan atau perlakuan tidak adil di AS.
Kebocoran ini telah membuka kembali
perdebatan mengenai masalah privasi versus tindakan “perlindungan”
terhadap serangan, dan membuat NSA meminta Departemen Kehakiman untuk
melakukan investigasi kriminal.
Direktur intelijen nasional, James
Clapper, telah mengklaim pembocoran rahasia program
pengumpulan-intelijen sebagai sesuatu yang sembrono, dan
belakangan ini telah mengambil langkah langka deklasifikasi beberapa
rincian tentang hal itu untuk menanggapi laporan media tentang teknik
kontra-”terorisme” yang dipekerjakan oleh pemerintah AS.
Obama, Clapper dan lain-lain telah
mengklaim bahwa program itu telah disahkan oleh Kongres dan tunduk pada
pengawasan ketat pengadilan rahasia.
Thomas Drake, seorang mantan eksekutif
NSA senior yang juga menjadi seorang pembocor atau “pengungkap aib”,
mengatakan: “intelijen AS akan melakukan segala yang bisa mereka lakukan
untuk mengadili Snowden. Tindakan Snowden begitu ‘wah’, pembangkangan
sipil yang luar biasa.”
Dia mengatakan Prism “jauh melampaui
setiap mandat hukum, setiap perang melawan ‘terorisme’, atau ancaman
apapun. Maksud saya kira-kira apa penyebabnya? Karena mereka mungkin
akan memerlukan data-data itu beberapa waktu ke depan.” (banan/arrahmah.com)
No comments:
Post a Comment