Friday, 21 February 2014

Masker Digunakan Terbalik? Hoax!


Usai meletusnya gunung Kelud, beredar informasi tentang cara penggunaan masker. Melalui media sosial seeperti blackberry, facebook dan twitter, beredar gambar dua buah masker. Yang pertama, masker dengan warna biru di luar dan masker dengan warna putih di luar. Di bagian bawah gambar terdapat tulisan dalam bahasa Inggris, yang mengesankan bahwa informasi itu dari sumber terpercaya.
13928191761238844054
Gambar yang beredar di media sosial

Gambar itu disertai dengan keterangan sebagai berikut:
” Ternyata dua sisi di dalam masker itu ada perbedaan fungsi dalam memakainya.Kalau kita lagi sakit (semisal flu) maka sisi putih menempel di muka berfungsi untuk mencegah mikro-organisme keluar dari mulut dan hidung kita yang bisa menyebar ke tubuh orang lain. Sedang kalau untuk mencegah partikel-partikel (seperit debu vulkanik) atau mikro-organisme masuk ke tubuh kita, maka pemakaian masker dibalik. Sisi putih berada di luar dan sisi yang berwarna menempel di muka.”
Saya tidak serta-merta mengamini informasi ini. Saya kemudian mencari rujukannya di internet, tapi belum ada sumber terpercaya yang mengkonfirmasi informasi ini. Lalu saya berganti strategi. Saya menggunakan fasilitas google image dengan mengunggah gambar di atas. Hasilnya, saya menemukan bahwa sumber gambar itu berasal dari produsen masker penutup hidung untuk bedah dengan merek 3M. Berikut ini gambar aslinya.
13928196811581155418
Masker Bedah
Sumber gambar di sini
Dalam website ini tidak disinggung-singgung sama sekali tentang penggunaan masker secara terbalik. Lalu mengapa ada gambar masker berwarna putih? Ternyata mereka memproduksi 2 jenis masker, yaitu yang berwarna hijau dan berwarna putih. Itu berarti bahwa masker yang berwarna putih itu bukan masker yang dibalik.
1392819912480588396
Masker Putih
Sumber gambar: http://solutions.3m.com
Dari temuan ini saya menyimpulkan bahwa gambar yang beredar adalah hoax alias informasi palsu.
Masker yang Benar
Lalu bagaimana cara menggunakan masker yang benar? Perlu diketahui ada dua jenis masker, yaitu masker bedah dan masker pernafasan. Masker yang banyak beredar di masyarakat adalah masker bedah. Masker ini selalu digunakan oleh tenaga medis yang berada di ruang operasi untuk menutup mulut dan hidungnya. Tujuannya supaya mereka tidak menularkan bakteri dan virus kepada pasien yang sedang dioperasi.
Di dalam masker ini terdiri dari  tiga lapisan:
1. Lapisan paling dalam yang berwarna putih. Ini adalah lapisan yang paling nyaman karena bersentuhan dengan kulit wajah kita.
2. Lapisan tengan adalah filter statis.  lapisan ini terbuat dari bahan yang disebut spunbond non woven. Fungsinya adalah untuk menghalangi apabila air liur yang mengandung penyakit menyebar seperti batuk atau bersin.
3. Lapisan luar yang merupakan material khusus mencegah masuknya mikropartikel.
Dengan memperhatikan susunan ini, maka menggunakan masker secara terbalik justru tidak menguntungkan karena wajah kita akan bersentuhan dengan lapisan yang kasar sehingga ada kemungkinan terjadi iritasi. Selain itu, penggunaan secara terbalik juga tidak memiliki pengaruh secara signifikan.
Dalam situasi bencana turunnya abu vulkanik, penggunaan masker bedah sebenarnya tidak dianjurkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Alasannya, air, udara dan debu masih bisa masuk melalui pori-pori. Masker jenis ini harus diganti setiap 4 jam sekali, karena uap air dari pernapasan bisa membuat masker basah dan merusak pori-porinya. Meski demikian, penggunaan masker ini masih lebih baik daripada tidak sama sama sekali asalkan dipasang dengan rapat. Kawat ada bagian hidung dibengkokkan dan tidak ada celah pada pinggir-pinggir masker sehingga memungkinkan masuknya material abu vulkanik dari arah samping.
Masker yang cocok untuk mencegah masuknya abu vulkanik ke dalam pernafasan adalah  N-95 atau N-100. Masker ini menggunakan bahan mirip stereofoam, tebal, memiliki sungkup yang bisa menyaring udara masuk hingga 95 persen. Masker ini  juga dilengkapi kawat yang bisa ditekan di atas hidung, sehingga memperkecil celah udara. Masker jenis ini sifatnya sekali pakai, namun bisa digunakan lebih lama, sekitar 2 hingga 3 hari.
Sayangnya masyarakat tidak senang mengenakannya karena terasa pengap dan harganya 100 kali lebih mahal daripada masker bedah.
1392821243275824861
Masker N-95
Sumber gambar sini
Satu buah masker N-95 dibandrol sekitar Rp. 200.000,- Masyarakat awam tentu tidak banyak yang mampu membelinya. Lalu bandingkan dengan harga mobil mewah milik tersangka korupsi Tubagus Wardana, adik Ratu Atut. Satu mobil mewahnya setara dengan 30 ribu lembar masker N-95. Padahal jumlah mobil yang disita KPK telah mencapai 40 buah.
———-

Update:

Seorang teman di Facebook memberi info tambahan:
Arah lipatan masker bedah itu bukan tanpa maksud. Pada posisi warna hijau di luar, arah lipatan adalah ke bawah sehingga tidak membentuk kantong sebagai penampung debu.
Jika masker dibalik (bagian putih di luar) dan bagian kawat berada di atas, maka arah lipatannya juga ikut terbalik. Bagian kantong akan mengarah ke atas. Hal itu justru akan menampung debu. Supaya tidak membentuk kantong, maka bagian kawat berada di bawah. Itu artinya bagian hidung tidak menutup dengan rapat. Jadi pembalikkan masker justru lebih banyak mudharatnya daripada manfaat.
Seorang teman, yang juga dokter, menambahkan cara memakai masker standar adalah: labirin yang licin berada sebagai filter di luar. Arah lipatan ke bawah. Jahitan tali pengikat di sebelah dalam, tali yang keras di bawah.
Masker terbalik photo maskerterbalik.jpg
——————————
Karena menteri Indonesia belum merespons soal ini, maka baiklah saya tampilkan menteri Malaysia yang mendemonstrasikan cara memakai masker yang benar. Lucunya, dia memakai bahasa Malnglish (campuran Malayu dan dan English)


_______________________________________________________________________________

Purnawan Kristanto

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan selengkapnya


No comments:

Post a Comment